YANG BERTAMBAH DAN BERTUMBUH

By ahlulquran on April 25, 2020 in Uncategorized

Ada yang bertambah tapi bukan umur. Ada juga yang bertumbuh tetapi bukan perasaan. Bertambah dan bertumbuh ini memang selalu identik dengan kebaikan. Tetapi ternyata ada satu kebaikan yang sangat identik sesuatu yang bertambah dan bertumbuh. Baik dilihat dari asal katanya ataupun berdasarkan ayat-ayat Alquran yang menjelaskannya, kebaikan ini adalah bernama zakat.

Lalu kenapa zakat ini bisa dikatakan sebagai sesuatu yang bertambah dan bertumbuh? Dibawah ini akan disajikan mengnai alasan tersebut dan juga beberapa ayat Alquran yang mendukungnya.

Pengertian Zakat Menurut Bahasa dan Istilah

Definisi zakat bisa ditinjau secara bahasa atau berdasarkan asal katanya. Bisa juga dilihat berdasarkan istilah fikih. Terdapat sedikit perbedaan antara keduanya namun tetap memiliki korelasi yang saling melengkapi. Untuk lebih memahami perbedaan definisi menurut keduanya, mari simak penjelasnnya di bawah ini.

1.     Zakat Menurut Bahasa

                Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari kata zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Jika kata zaka ini disandingkan dengan sesuatu, maka sesuatu itu bermakna tumbuh dan berkembang. Sementara apabila ditujukan pada seseorang, maka orang yang dimaksud berarti orang baik. Sementara itu, Lisan al-Arab mengartikan zakat ini sebagai sesuatu yang suci, tumbuh, berkah, dan terpuji.

Namun dari semua makna tersebut yang paling kuat dan mewakili semuanya menurut Wahidi dan lain-lain yaitu bertambah dan bertumbuh. Dengan demikian, maka dapat simpulkan bahwa tanaman itu dikatakan zaka apabila tumbuh. Sedangkan setiap sesuatu yang bertambah pun dapat dimaknai sebagai zaka. Apabila suatu tanaman tumbuh tanpa cacat, maka kata zakat disini memiliki arti bersih.

2.     Zakat Menurut Istilah

Selain dari makna bahasa, kata zakat juga bisa dilihat dari segi istilah. Berdasarkan istilah fikih, zakat memiliki arti “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak”. Hal ini mengandung arti bahwa harta yang dimiliki seseorang itu bukan sepenuhnya milik dia, melainkan ada hak mereka yang membutuhkan. Hal inilah yang kemudian dinamakan zakat.

Sementara itu, Ibnu Taimiahh mengatkan bahwa, “Jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya akan bersih pula: bersih dan bertambah maknanya”. Arti tumbuh dan suci ini tidak hanya dipakaikan untuk kekayaan saja. Tetapi lebih dari itu, sebab makna kedua hal ini juga berlaku untuk jiwa orang yang menzakatkannya. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا

“Pungutlah zakat dari kekayaan mereka, engkau bersihkan dan sucikan mereka dengannya” (Quran. At-Taubah: 103)

                Hal tersebut juga senada dengan apa yang dikatkan Azhari bahwa zakat juga bisa menciptakan pertumbuhan untuk orang-orang miskin. Maksudnya yaitu orang-orang miskin akan sangat terbantu dengan harta yang dikeluarkan oleh orang-orang kaya sehingga gap atau kesenjangan sosial pun jaraknya bisa semakin menipis. Tidak hanya menciptakan pertumbuhan material dan spiritual bagi orang miskin saja saja, tetapi zakat juga merupakan cambuk ampuh yang dapat mengembangkan jiwa kedermawanan orang-orang kaya.

 Ayat-ayat al-Quran Tentang Zakat

“Zakat adalah kata Arab yang dikenal sebelum islam dan lebih banyak dipakai dalam syair-syair daripada diterangkan”, Begitulah Nawawi mengutip dari pengarang al-Hawi. Namun semenjak Islam datang, kata zakat ini ternyata menjadi popular dan sebutkan beberapa kali di dalam Alquran. Berikut ini adalah beberapa ayat dalam Alquran yang membahas tentang zakat.

1.     Alquran Surat Ar-Rum

                Di dalam Aluran surat ar-Rum, Allah SWT memerintahkan agar kerabat, orang miskin, dan orang yang terlantar di perjalanan itu diberikan haknya. Kemudian pada surat ini juga Allah membandingkan antara harta riba dan zakat.

Allah menyebutkan bahwa riba secara kasat mata memang tampak seakan-akan menambah kekayaan, tetapi pada dasarnya malah menguranginya. Berbeda dengan zakat yang pada lahirnya terlihat seperti mengurangi kekayaan, namun sebenarnya justru mengembangkan kekayaan para pemiliknya. Allah berfirman:

فَـَٔاتِ ذَا ٱلۡقُرۡبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلۡمِسۡكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ ذَٰلِكَ خَيۡرٌ لِّلَّذِينَ يُرِيدُونَ

وَجۡهَ ٱللَّهِ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ


وَمَآ ءَاتَيۡتُم مِّن رِّبًا لِّيَرۡبُوَاْ فِىٓ أَمۡوَٰلِ ٱلنَّاسِ فَلَا يَرۡبُواْ عِندَ ٱللَّهِ وَمَآ ءَاتَيۡتُم مِّن زَكَوٰةٍ تُرِيدُونَ وَجۡهَ ٱللَّهِ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُضۡعِفُونَ

“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung. Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (Quran 30 : 38-39).

Hal ini semakin menjelaskan bahwa pada dasarnya dengan mengeluarkan zakat lah kekayaan itu dapat bertambah dan bertumbuh. Maka tidak ada pilihan lain bagi seseorang yang menyangi harta kekayaannya dan ingin terus dikembangkan, mengeluarkan zakat merupakan salah satu solusinya.

2.     Alquran Surat an-Naml

Dalam Quran surat an-Naml juga Allah menerangkan tentang siapa yang dimaksud orang yang beriman dan mengambil Alquran sebagai petunjuk. Allah berfirman:

طسٓ تِلۡكَ ءَايَٰتُ ٱلۡقُرۡءَانِ وَكِتَابٍ مُّبِينٍ ,هُدًى وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِينَ ,  ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُم بِٱلۡءَاخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ

“Thaa Siin (Surat) ini adalah ayat-ayat Al Quran, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat” (Quran 27: 1-3)

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa membayar zakat itu erat kaitannya dengan mendirikan shalat. Dan salah satu ciri atau kriteria orang beriman sebagaimana dijelaskan pada ayat di atas adalah mereka yang menunaikan zakat. Tidak diragukan lagi, bahwa zakat yang dimaksud dalam ayat ini adalah zakat kekayaan.

3.     Alquran Surah Luqman

Ayat lainnya dalam Alquran yang menjelaskan tentang zakat terdapat pada permulaan surah Luqman. Dalam surah ini Allah berfirman:

ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُم بِٱلۡءَاخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ

“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.” (Quran 31: 4)

Ayat ini merupakan bentuk penegasan dari apa yang sudah disampaikan pada surah an-Naml ayat 1-3. Untuk lebih menjelaskan dari makna ayat ini juga bisa dilihat pada Aluran Surah Al-Mu’minun. Disana Allah menerangkan tentang sifat-sifat orang-orang Mu’min yang berhak memperoleh surga Firdaus. Slah satu kriteria yang Allah sebutkan adalah: orang-orang yang giat menunaikan zakat.

4.     Alquran Surat Fushilat

Surat terakhir dalam Alquran yang membahas tentang zakat adalah surat Fushilat. Dalam surat ini Allah mengancam orang-orang musyrik yang tidak mau membayar zakat dan mengingkari hari kemudian (akhirat). Allah berfirman:

وَوَيۡلٌ لِّلۡمُشۡرِكِينَ ‘ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُم بِٱلۡءَاخِرَةِ هُمۡ كَٰفِرُونَ

“Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.” (Quran 41:6-7)

Dari ayat ini dapat diketahui bahwa orang-orang mukmin yang baik dan taat itu di samping meyakini adanya hari akhirat mereka pun akan membayar zakat. Sementara itu orang-orang yang mempersekutukan Allah maka ia akan mengingkari hari akhir dan tidak akan membayar zakat. Artinya ada hubungan yang erat antara tauhid dengan zakat.

Dapat dipahami juga bahwa jika seseorang mengaku sebagai mukmin maka sudah seharusnya ia tidak berat dalam mengeluarkan hartanya untuk berzakat. Justru patut dipertanyakan keimanannya ketika ada seseorang yang mengaku beriman tetapi tidak mau melaksanakan perintah Allah yang satu ini. Padahal sudah sangat jelas bahwa pada prinsipnya zakat itu membuat harta menjadi bertambah dan bertumbuh.

Dalam surat Fushilat ayat 6-7 ini juga dengan tegas Allah menyebutkan bahwa akan menimpa kecelakaan yang besar bagi mereka yang tidak mau menunaikan sebagian hartanya untuk berzakat. Ayat ini seolah memberikan pesan kepada kita semua bahwa jika kita ingin selamat dari sebuah kecelakaan yang besar hendaklah membayar zakat.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa membayar zakat itu akan membuat harta seorang muslim menjadi bertambah dan bertumbuh. Bukan nominalnya yang bertambah dan bertumbuh, tapi ada yang jauh lebih penting dari itu. Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa ayat dalam Alquran, bahwa zakat itu pada prinsipnya akan melipatgandakan pahala di sisi Allah.

Jadi bagi siapa saja yang mengharapkan pahala yang besar, jangan sungkan untuk menyisihkan sebagian hartanya di jalan Allah. Mari kita bersihkan harta yang kita miliki dengan cara membayar zakat. Bagaimana pun juga, ada hak mereka yang membutuhkan diantara harta yang Allah titipkan pada kita.